Jumat, 17 Juli 2009

Filosofi Air adalah Kehidupan


Wahai manusia...pahamilah bahwa hidup kita tidak jauh seperti halnya air yang mengalir dari hulu menuju muara bahkan sampai lautan luas. hulu adalah sebuah lubang kecil tempat air lahir, muara adalah pernikahan dan lautan adalah kehidupan rumah tangga.


Renungkan dulu kalimat di atas baru setelah itu anda boleh membaca, menghayati tulisan di bawah ini.


Air telah lahir dari lubang yang sangat kecil. ia belum menemukan sesama yang berasal dari aliran lain. Ia mencoba untuk hidup dengan penuh perjuangan untuk selalu menelusuri tiap lekuk sungai sebagai jalan ia menuju muara. jauh.... dan masih jauh ia berjalan untuk menuju muara dan semakin ia jauh melangkah semakin besar pula jalan yang dapat ia lewati dan semakin berat pula rintangan yang ia lalui. Air selalu menikmati apa yang ia hadapi sampai suatu saat ia menemukan sesama air yang berasal dari aliran yang lain. saat itu ia bergemuruh tanda bahagia telah menukan teman hidupnya yang akan berjalan bersama untuk menuju muara. tetapi sang Khaliq berkehendak lain mereka menemukan persimpangan dan berpisahlah mereka, sehingga kebersamaan itu telah terpisah dari mereka. Air meneruskan perjalanannya demi menuju muara. setelah lama berjalan ia menemukan tempat yang penuh dengan bebatuan dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar. Saat itu air bergemuruh hebat, ia mencoba untuk dapat melewatinya dari berbagai jalan yang mampu ia lewati. ada yang lewat sebelah kiri batu, ada yang lewat sebelah kanan batu, atas batu bahkan bawah batu. ia tidak pernah menyerah demi sebuah tujuan. sekian menit ia lewati bebatuan itu ternyata air bisa menemukan ketenangan kembali. ia merasa bahagia telah mampu melewati rintangan tersebut. dan ia menemukan kembali air yang berasal dari aliran yang lain. mereka hidup bersama, mereka berjalan bersama, janji telah mereka ucap untuk dapat sampai ke muara. tetapi sang Khaliq berkehendak lain persimpangan kembali ia temukan dan mereka terpaksa kembali harus berpisah untuk mencari jalan yang dianggap terbaik bagi mereka. Setelah perpisahan itu, air kembali menemukan halangan yang tidak ada jalan lain kecuali ia harus terjun bebas ke bawah yang membuat ia menjadi pecah berkilauan yang penuh dengan bintang, gemuruh besar kembali menggema di dalam benaknya. tetapi Allah maha Besar, maha mengatur segalanya. dengan segenap kemampuan air kembali mampu berjalan dengan tenang. gemercik air selalu terdengan. ia selalu dapat memberikan manfaat untuk manusia walau gemuruh sedang melanda kehidupannya. lama ia berjalan dengan kesendirian ia berharap untuk dapat kembali ke hulu agar dapat bertemu dengan air yang pernah mengarungi aliran dengan kebersamaan, tapi air pun tahu dan ia tak pernah kembali, ia terus berjalan untuk menuju muara. Dengan kehendak Allah pula, air bertemu dengan air yang mengalir dari arah yang lain. Akhirnya ia sampai ke muara. ia bahagia karena dapat melihat lautan yang penuh dengan kekayaan. berbagai macam yang ada di lautan, dan airpun sadar bahwa untuk mengarungi lautan banyak gelombang di lautan akan selalu ia temukan dan selalu ia rasakan begitu bergemuruh. Sungguh.....begitu banyak rejeki yang ada di dalam lautan dan tanpa kebersamaan hal itu tidak akan mampu ia raih. air selalu memaafkan orang-orang yang tidak tahu. ketika banjir melanda area manusia, banyak manusia yang membencinya, memakinya...tapi air selalu memaafkannya karena bukankah engkau manusia yang membuat aku menjadi perusak ? siapakah awal mula yang membuat aku membanjiri lahan kalian ? bukankah engkau yang telah merusak hati kami sehingga kami tidak mempunyai tempat berlindung ? bukankah engkau yang telah menebang paku-paku kami ? kami tidak pernah memulai untuk merusak lahan kalian harta kalian, ternak kalian, tempat berteduh kalian wahai manusia.

Tidak ada komentar: